Sabtu, 26 Oktober 2013

renungan 1

http://jamilazzaini.com/ldr/
ini untuk aku kelak.,
ketika Rabb, memberikan waktu lebih untuk aku menjadi seorang istri juga ibu dari anak yang dititipkan dari Nya. hanya sebagai pengingat disaat lupa dan dipenuhi keegoan.

untuk balasan disaat aku tak pernah mendapatkan sentuhan hangat dari mereka yang menghadirkan aku di dunia.

Kamis, 24 Oktober 2013

ajariaku

apa harmonis itu selalu romantis?
apa itu romantis?
lalu apa itu harmonis?

apa mereka saling bertautan dan tak pernah berpisah?
lalu mereka menghabiskan waktu bersama dengan bahagia?

boleh aku merasakannya?

(R)asa

hari ini, senja tak seperti hari-hari yang lain.
senja tak menghadirkan dirinya.  hujan yang menjadikannya kini tak saling bertemu.

betapa hati ini rindu.
hari ini..,
aku ingin kau tau.
(r)asa.


Rabu, 23 Oktober 2013

....

karena untuk memulai yang baru,

butuh waktu untuk kita menyatu

peluk

kapan terakhir aku menikmati,nya?
kapan terakhir aku merasakan hangat,nya?
kapan?

Entah.

putaran waktu membuat semua itu hilang.,

seakan tak meninggalkan bekas hangat sedikit,pun.

 

aku.
ingin dipeluk.
ingin merasakan tangan-tangan hangat mu menyentuh rambut ku.
ingin bibir mu menyentuh pipi ku.
ingin kau mengucapkan sesuatu akan aku.

kita memang tak terbiasa untuk itu.
mungkin sudah cukup bait-bait doa yang kita panjatkan masing-masing dalam perjumpaan
dengan pemilik rahmat.

mungkin tidak sekarang aku mampu merasakan, tapi kelak. ketika kita tak kelu lagi untuk saling bercerita.

AyahIbu.

tentang senja

bermula :
"Senja menjelang, Rindu menjulang" (Moamar Emka)
dan, kau yang perlahan menghilang.
hilang oleh rasa. dan mati bersamanya.

menyisakan asa. pada siapa lagi aku mengadu Hampa?
kau yang pernah pura-pura ada atau tentang cinta sepenuhnya.
aku sudah tak mampu lagi membeda,

apa cukup aku mengharu biru pada kata?
berteriak pada senja dan mengutuk semesta?

mengapa detik memaksa kita untuk saling bicara.
mereka mereka begitu bahagia..
dan berbahasa dalam harap yang sama.

hingga pada satu jeda, kita berpikir apa takdir memang mempermainkan kita seenaknya?

entahlah. senja pun kelu. 

malam tak mau lagi mau tahu.

dan waktu sepenuhnya menjadi, Abu.