Oleh : Reni Andriyani
Sampah selalu
menimbulkan masalah yang tidak ada habisnya. Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk mengurangi tumpukan sampah ini adalah dengan menyulapnya
menjadi kompos. Cara membuat kompos ini tentu saja mudah dan murah,
karena jika sulit dan mahal saya akan lebih senang melemparkan sampah
tersebut ke dalam tong sampah.
Starter/Aktivator
Secara
alami, sampah organik yang berasal dari makhluk hidup akan menjadi
kompos, namun memerlukan waktu yang lama. Untuk mempercepat proses
pengomposan, maka diperlukan adanya starter atau activator. Beberapa
starter atau activator yang dapat digunakan adalah :
Cacing tanah
Kelebihan
cacing tanah dibandingkan starter yang lain adalah proses pengomposan
yang relative cepat, hanya sekitar 2 – 3 minggu. Namun karena adanya
hubungan yang tidak harmonis antara saya dan cacing tanah, maka saya
lebih suka membiarkan para cacing tanah tersebut hidup damai di dalam
tanah, dan memilih starter dari jenis lain.
EM4 (Effective microorganism)
Starter
jenis ini dapat dibeli di toko-toko pertanian. Pada dasarnya, EM4
merupakan cairan yang mengandung banyak mikroorganisme berupa bakteri
yang baik hati, ramah dan suka menolong.
MOL (Mikroorganisme Lokal)
EM4
memang telah banyak dijual di pasaran. Namun atas dasar kepuasan batin
(atau penghematan…atau kurang kerjaan) maka saya memilih untuk membuat
mikroorganisme sendiri, yang oleh para master kompos disebut
mikroorganisme lokal, atau MOL. Berikut ini 2 cara membuat mol, silahkan
dipilih salah satu yang termudah.
- MOL dari tapai singkong (peuyeum)
Masukkan
1 ons tapai singkong ke dalam botol plastic air mineral (isi 1500 ml),
isi air sekitar ¾ botol. Lalu tambahkan gula (pasir ataupun merah)
sekitar 5 sendok makan. Kocok sebentar agar gula merata. Biarkan botol
dalam keadaan terbuka, jangan ditutup. Setelah 5 hari, mol siap
digunakan. Tetap biarkan botol dalam keadaan terbuka.
- MOL dari nasi
Siapkan
nasi (bisa nasi baru maupun yang sudah basi), buat 5 kepalan nasi
sebesar bola pingpong, lalu diamkan sekitar 3-4 hari hingga muncul jamur
berwarna kuning, oranye dan abu-abu. Lalu, masukkan nasi ke dalam botol
air mineral ukuran 1500 ml. Tambahkan gula pasir sekitar 5 – 10 sendok
makan. Kocok sebentar agar gula merata. Biarkan botol dalam keadaan
terbuka, jangan ditutup. Setelah 6 hari, mol akan berbau tapai/alcohol
dan siap digunakan. Tetap biarkan botol dalam keadaan terbuka.
Mol ini dapat diperbanyak, dengan cara :
Tuanglah
mol yang sudah kita buat ke dalam botol kosong yang sejenis, hingga
kedua botol berisi mol dengan volume yang sama. Kemudian isikan air ke
dalam botol-botol tadi hingga hamper penuh, dan masukkan gula ke dalam
masing-masing botol sekitar 5 sendok makan.
Jenis Sampah
Setelah memilih dan menyiapkan starter yang sesuai selera anda, langkah
selanjutnya adalah mulai mengumpulkan sampah. Sampah yang digunakan
adalah sampah organik yang berasal dari makhluk hidup. Misalnya nasi
basi, kulit bawang, dedaunan, kotoran ternak, sampah buah-buahan, sisa
sayuran basi, dan buah busuk termasuk kulit dan bijinya asalkan
bertekstur lembut.
Sedangkan
sampah yang sebaiknya dihindari adalah : daging, ikan, susu, santan,
dan kulit buah yang bertekstur keras seperti kulit durian, dan kayu
(karena dapat menimbulkan rayap).
Wadah Kompos (Komposter)
Kompos dapat diletakkan di berbagai tempat, hal ini terutama disesuaikan dengan kondisi tempat tinggal anda.
a. Galian Lubang di Tanah
Bila anda memiliki lahan yang cukup luas, maka
kompos dapat diletakkan di suatu lubang berukuran 60 cm x 60 cm dan
kedalaman 100 cm. Lubang ini tidak dilapisi semen, kecuali bagian
permukaannya setinggi 1 bata. Komposter jenis ini disebut juga komposter
anaerob karena proses pengomposan tidak membutuhkan oksigen.
Masukkan segala macam sampah organik ke dalam komposter ini. Kelebihan
komposter ini adalah sampah tidak perlu dicacah kecil-kecil, dan wadah
ini lebih tahan banting dalam menampung beragam sampah organik. Air sisa
kopi, bahkan menurut pengalaman Bp. Sobirin (clearwaste.blogspot.com),
beliau pernah juga menaruh bangkai tikus ke dalam komposter ini. Dan
hasil komposnya tetap ‘cantik’.
Sampah-sampah ini selalu menyusut sehingga memungkinkan untuk
ditambahkan sampah baru setiap harinya. Saat menambahkan sampah baru,
berikan MOL pada kompos. Bila starter yang digunakan adalah cacing
tanah, gunakan cukup banyak cacing tanah. Komposter harus ditutup rapat
agar tidak terkena air hujan dan panas matahari. Selain itu agar tidak
dihinggapi lalat yang akan memunculkan belatung.
Biasanya kompos mulai dapat dipanen setelah kurang lebih 1 bulan.
Kompos yang sudah matang akan berwarna kehitaman, bau tanah, dan
berbentuk halus. Kompos yang lebih dahulu matang adalah yang bagian
bawah sedangkan bagian atas umumnya masih kasar. Kompos yang belum jadi
kembali ditaruh dalam komposter.
Pengomposan menggunakan komposter keranjang berlubang ini cocok
digunakan untuk rumah dengan lahan terbatas. Bila lubang pada keranjang
cukup besar, maka didalam keranjang tempatkan kardus bekas untuk
menampung sampah. Namun jika lubang keranjang cukup kecil, sampah bisa
langsung dimasukkan ke dalam keranjang. Ingat keranjang ini harus
berpenutup rapat.
Untuk
mencegah perembesan air sampah, maka sebaiknya komposter ini diletakkan
di atas permukaan tanah. Sampah yang diletakkan dalam komposter ini
harus dicacah kecil-kecil, hingga berukuran sekitar 3 cm. Jenis sampah
yang dimasukkan dalam komposter ini sebaiknya tidak memiliki kandungan
air tinggi.
Berikan
mol 3 hari sekali, namun jika ingin pengomposan lebih cepat setiap hari
akan lebih baik. Aduk sampah agar semua terkena mol, tidak perlu
terlalu basah, cukup lembab saja. Namun jika yang digunakan starter
cacing tanah, proses pemberian mol tentu tidak perlu dilakukan. Bila
sampah mulai menyusut, sampah baru dapat ditambahkan pada komposter ini.
Bila sampah
sudah halus dan berwarna kehitaman, artinya kompos sudah matang. Untuk
kompos yang masih kasar, tetap letakkan di dalam komposter.
c. Ember, Tong dan Karung Beras
Bila
anda terlalu repot untuk membuat komposter berupa lubang galian ataupun
tidak memiliki keranjang berlubang, gunakanlah tong, atau ember. Namun
yang tetap harus diperhatikan adalah komposter ini harus berpenutup.
Ember maupun tong diberi lubang dahulu di bagian pinggir dan bawahnya,
agar air sampah dapat keluar. Bila tidak memiliki tong maupun ember
berpenutup, komposter juga dapat menggunakan karung beras. Sebelumnya,
karung diberi lubang bisa dengan cara menusukkan paku disetiap sisi
karung, agar sampah memperoleh cukup oksigen. Ikat karung menggunakan
tali dan tempatkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari dan
tidak terkena hujan.
Kompos
yang dibuat pada komposter ini sama saja dengan menggunakan keranjang
berlubang. Sampah dicacah kecil-kecil dan lakukan penyiraman dengan mol
secara rutin.
Tujuan membuat kompos selain mengurangi
tumpukan sampah organik, juga untuk mendukung gerakan penghijauan.
Gunakan kompos yang telah kita buat untuk menghijaukan daerah di sekitar
kita.
Karena seperti kita semua tahu,
aktivitas manusia belakangan ini (baik dari industry dan kendaraan
bermotor) menyebabkan meningkatnya gas CO2 , yang merupakan
salah satu gas rumah kaca penyebab pemanasan global. Agar siklus karbon
di bumi tidak kacau, maka seharusnya melimpahnya kadar karbon ini
diatasi dengan penghijauan, karena tumbuhanlah yang dapat menyerap CO2 untuk keperluan fotosintesis. Tumbuhan pulalah yang mengeluarkan gas O2 untuk keperluan kita bernafas. Jadi kesimpulannya, kalau masih ingin bernafas, buatlah kompos (silahkan bingung!)